KONTRASEPSI DARURAT IUD
KONTRASEPSI
DARURAT
DENGAN
IUD/AKDR
A.
Definisi
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi
yang diberikan pada hubungan seks yang tidak terlindungi dalam waktu 72 jam
sampai 7 hari, sehingga dapat menghindari kehamilan. Sexache adalah waktu
hubungan seks pertama yang sebagian besar tidak terlindung oleh alat
kontrasepsi. (Manuada, 1998)
Menurut Saifuddin, 2006, yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat
adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah
hubungan seksual. Hal ini sering disebut “kontrasepsi pascasenggama” atau “morning after pill” atau “morning after treatment”.
Istilah “kontrasepsi sekunder” atau
“kontrasepsi darurat” asalnya untuk menepis anggapan obat tersebut harus segera
dipakai/diguanakn setelah hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan
harinya dan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat
apa-apa lagi. Sebutan kontrasepsi darurat menekankan juga bahwa dalam cara KB
ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Namun tetap kurang efektif
dibandingkan dengan cara KB yang sudah ada. Kontrasepsi darurat tidak boleh
dipakai sebagai metode KB secara rutin atau terus menerus.
B.
Indikasi
Kontrasepsi darurat digunakan bila
berhadapan dengan hubungan seks tanpa perlindungan, hubungan seks dengan
pemerkosaan, hubungan seks dengan kondom yang bocor atau pecah, dan hubungan
seks dengan menggunakan diafragma yang pecah atau penempatan sara. Dalam situasi demikian penggunaan
kontrasepsi darurat diharapkan dapat menghindari kehamlan , sehingga menurunkan
kehamilan yag tidak dikehendaki. (Manuaba, 1998)
Indikasi kontrasepsi darurat menurut
Saifuddin (2006) adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki.
1.
Bila terjadi kesalahan dalam pemakaian
kontrasepsi seperti :
a.
Kondom bocor, lepas atau salah
menggunakan.
b.
Diafragma pecah, robek, atau diangkat
terlalu cepat.
c.
Kegagalan
senggama terputus (misalnya ejakulasi di vagina atau pada genetalia eksternal).
d.
Salah hitung masa subur.
e.
AKDR/IUD ekspulsi.
f.
Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet.
g.
Terlambat lebih dari 2 minggu untuk
suntik KB.
2.
Pemerkosaan
3.
Tidak menggunakan kontrasepsi.
C. Metode
kontrasepsi Darurat
Menurut Manuaba, 1998, perkembangan
teknologi kontrasepsi keluarga berencana telah demikian majunya sehingga
kontrasepsi darurat mengikuti dengan metode.
1. Metode
hormonal ( Medik )
a. Pemberian
derifat ekstrogen
b. Pemberian”
antiprogestin mifepristone”
c. Metode
Yuzpe dengan pil kombinasi ekstrogen dan progesterone.
d. Metode
postinor, pemberian lefonorgestral
e. Pemerberian
danasol
2. Insersi IUD ( Mekanik )
Penggunaan
kontrasepsi darurat belum banyak dipraktikan di Indonesia sekalipun diberbagai negara sudah menunjukan
hasil yang cukup memeberikan harapan.
Jenis kontrasepsi
darurat (Saifuddin, 2006)
Cara
|
|
Merek dagang
|
Dosis
|
|
Waktu Pemberian
|
1. Mekanik
AKDR-Cu
|
|
Copper
T
Multiload
nova T
|
Satu
kali pemasangan
|
|
Dalam
waktu 5 hari pascasanggama
|
2. Medik
Pil Kombinasi Dosis Tinggi
|
|
Microgynon
50
Ovral
Neogynon
Nordiol
Eugynon
|
2 x 2 tablet
|
|
Dalam
waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudian.
|
Pil Dosis Rendah
|
|
Microgynon
30 Mikrodiol
Nordette
|
2x4 tablet
|
|
Dalam
waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudian
|
Progestin
|
|
Postinor-2
|
2x1
tablet
|
|
Dalam
waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudian
|
Estrogen
Mifepristone
Dianazol
|
|
Lynoral
Premarin
Progynova
RU-486
Danocrine
Azol
|
2,5
mg/dosis
10
mg/dosis
10
mg/dosis
1
x 600 mg
2
x 4 tablet
|
|
Dalam
waktu 3 hari pascasanggama,2x1 dosis selama 5 hari
Dalam
waktu 3 hari pascasanggama
Dalam
waktu 3 hari pascasanggama, dosis kedua 12 jam kemudiaan
|
D.
Cara Kerja Kontrasepsi Darurat IUD
1. IUD
berbentuk inert seperti Lippes Loop menimbulkan reaksi benda asing dengan
terjadi migrasi dari leukosit, limfosit, dan makrofag. Pemadatan lapisan
endometrium menyebabkan gangguan nidasi hasil konsepsi, sehingga tidak terjadi
kehamilan.
2. IUD
yang mengandung Cupper, segera setelah insersi di samping menimbulkan pemadatan
endometrium, melepaskan ion Cu dengan konsentrasi tinggi.
a.
Konsentrasi 2,5 X 10 mol/L, bersifat
blastosidal atau membunuhnya sehingga kehamilan tidak terjadi.
b.
Konsentrasi yang lebih tinggi bersifat
embriotoksik sehingga kehamilan tidak terjadi.
Untuk IUD yang mengandung Cu:
1. Antagonisme kationic yang spesifik
terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carboniyc anhydrase yaitu salah satu
enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carboniyc
anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan juga mugkin
menghambat aktivasi alkali phosphatase.
2. Mengganggu pengambilan estrogen endogeneuse
oleh mukosa uterus.
3. Menganggu jumlah DNA dalm sel
Endometrium.
4. Mengganggu metabolisme glikogen.
Sebagai
metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual terjadi) AKDR mengubah
transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga
pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan
suksual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih
mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur
yang telah dibuahi. (Handayani, 2010)
E.
Kelebihan
Menurut Saifuddin (2006), kelebihan
pemakain kontrasepsi darurat dengan insersi AKDR/IUD adalah :
1. Sangan
efektif (tingkat kehamilan < 3%)
2. AKDR/IUD
juga bermanfaat jangka panjang.
F.
Kekurangan
Menurut Saifuddin (2006), kekurangan
pemakain kontrasepsi darurat dengan insersi AKDR/IUD adalah :
1. AKDR/IUD
hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan seksual.
2. Pemasangan
AKDR/IUD memerlukan tenaga terlatih dan sebaiknya tidak digunakan pada klien
yang terpapar dengan risiko IMS.
G.
Kontraindikasi
Menurut
Saifuddin (2006), yang tidak diperkenankan menggunakan IUD/AKDR adalah :
1.
Sedang hamil ( diketahui hamil atau
kemungkinan hamil )
2.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3.
Sedang menderita infeksi alat genetalia
4.
Tiga bulan terakhir sedang mengalami
atau sering menderita penyakit radang panggul
5.
Kelainan bawaan uterus yang abnormal
atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
6.
Penyakit trofoblas yang ganas
7.
Diketahui menderita penyakit TBC pelvik
8.
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
H.
Efek Samping
Efek samping
yang umum terjadi adalah :
1.
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3
bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
2.
Haid lebih lama dan banyak.
3.
Perdarahan (spotting) antaremenstruasi.
4.
Saat haid lebih sakit.
I.
Cara Pemasangan AKDR
Langkah-langkah pemasangan
AKDR
1. Langkah 1
a)
Jelaskan
kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan
pertanyaan.
b)
Sampaikan
kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu
pemasangan dan nanti apabila akan diberitahu bila sampai pada langkah tersebut.
c)
Pastikan
klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
2. Langkah 2
a)
Periksa
genitalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar getah
bening (bubo), pembengkakan kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
b)
Lakukan
pemereiksaan spekulum untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis, dan
pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.
c)
Lakukan
pemeriksaan panggul untuk menetukan besar, posisi uterus, konsistensi dan
mobilitas uterus. Untuk memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada
adneksa atau pada kavum douglasi
3. Langkah 3
a)
Lakukan
pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi untuk memeriksa adanya jamur,
trikomonas, bakterial vaginosis (preparat basah Saline dan KOH serta
pemeriksaan pH) untuk memeriksa adanya gonorea atau klamidia.
4. Langkah 4
a)
Masukkan
lengan AKDR Copper T-380 A di dalam kemasan sterilnya.
5. Langkah 5
a)
Gunakan
tenakulum untuk menjepit serviks poada posisi jam 1 atau jam 11.
6. Langkah 6
a)
Masukkan
sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri.
Memasukkan sonde sekali masuk dengan tekhnik tanpa sentuh (no touch)
dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi.
7. Langkah 7
a)
Atur
letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri.
b)
Tarik
tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sonde uterus) sehingga
kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus.
c)
Masukkan
dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR kedalam
kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah
horizontal.
d)
Sesuai
dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan
leher biru tetap dalam posisi horizontal.
e)
Pegang
serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain
menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR
akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).
f)
Keluarkan
pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter, dorong kembali
tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus.
Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada tetap di tempat yang
setinggi mungkin dalam kavum uteri.
g)
Keluarkan
sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang tampak
tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm, potong benang tersebut
degan menggunakan gunting mayo yang tajam.
h)
Lepas
tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati tempat bekas jepitan tenakulum,
tekan dengan kasa sampai perdarahn terhenti.
8. Langkah 8
a)
Buang
bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.
Bersihkan permukaan yang terkontaminasi
9. Langkah 9
a) Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung
tangan dengan segera setelah selesai dipakai.
10. Langkah 10
a)
Ajarkan
pada klien bagaimana cara memeriksa benang AKDR (dengan model bila tersedia).
b)
Minta
klien menunggu di klinik selam 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.


J. Langkah-langkah pencabutan AKDR
1.
Langkah
1
a)
Menjelaskan
kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya.
2.
Langkah
2
a)
Memasukkan
spukulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
3.
Langkah
3
a)
Mengusap
serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
4.
Langkah
4
a)
Mengatakan
kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta klien untuk
tenang dan menarik napas panjang. Memberitahu mungkin timbul sakit tapi itu
normal.
b)
Pencabutan
normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau
lengkung (ekstraktor) yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan
tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat
dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan
tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi
ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
c)
Pencabutan
sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis,
masukkan klem atau alat pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit benang
atau AKDR itu sendiri
d)
Bila
sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik
seluruhnya dari kanalis servikalis, putar pelan-pelan sambil tetap menarik
selama klien tidak mengeluh sakit. Bola dari pemeriksaan bimanual didapatkan
sudut antara uterus dengan kanalis servikalis yang sangat tajam, gunakan
tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas
dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan
tenaga besar (Saifuddin, 2006).
K.
Penanganan Efek Samping IUD/AKDR
Menurut Saifuddin (2006), penangan dari
efek samping penggunaan IUD/AKDR adalah sebagai berikut :
1. Amenorea
Pastikan hamil atau tidak. Bila
klien tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut cukup konseling saja. Salah satu
efek samping menggunakan AKDR yang mengandung hormon adalah amenorea (20-50%).
Jika terjadi kehamilan kurang dari 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut
AKDR. Nasihatkan agar kembali ke klinik jika terjadi perdarahan, kram, cairan
berbau atau demam. Jangan mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan
kehamilannya kurang dari 13 minggu. Jika klien hamil dan ingin meneruskan
kehamilannya tanpa mencaut AKDR-nya, jelaskan kepadanya tentang meningkatnya
resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan kehamilannya harus diawasi
ketat
2. Kram/kejang
Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi
dan beri pengobatan yang sesuai. Jika kramnya tidak parah dan tidak ditemukan
penyebabnya, cukup diberi analgetik saja. Jika penyebabnya tidak dapat
ditemukan dan menderita kram berat, cabut AKDR atau cari metode kontrasepsi
lain.
3. Perdarahan vagina yang hebat dan
tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi
pelvik dan kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila tidak
ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi
ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus saja.
Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi untukk 3-7 hari saja, atau
boleh juga diberi 1,25 mg estrogen equin konyugasi selama 14-21 hari. Bila
perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia, cabut AKDR dan bantu klien
memilih metode kontrasepsi lain.
4. Benang hilang
Periksa apakah klien hamil. Bila
tidak hamil dan AKDR masih ditempat, tidak ada tindakan yang perlu dilakukan.
Bila tidak yakin AKDR masih berada di dalam rahim dan klien tidak hamil, maka
klien dirujuk untuk dilakukan rontgen/USG. Bila tidak ditemukan, pasang kembali
AKDR sewaktu dating haid. Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak
kelihatan, lihat penanganan amenorea.
5. Cairan vagina/dugaan penyakit radang
panggul
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Bila
penyebabnya kuman gonokukus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan
yang sesuai. Bila klien dengan penyakit radang panggul, berikan antibiotika
selama 2 hari dan baru kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk memilih
kontrasepsi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
Saifuddin, Abdul
Bari. 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Komentar
Posting Komentar