ROTASI KERJA DAN PENERAPAN LINGKUNGAN KERJA YANG ERGONOMIS
Oleh Betzy Ratna Juniarta Marbun
Perkembangan dunia saat
ini mendorong masyarakat kearah yang kompetitif, kebijakan pengembangan sumber
daya manusia sangan diperlukan oleh organisasi/perusahaan untuk mencapai tujuan
tertentu. Karyawan cenderung mengalami fluktuasi kinerja yang berdampak bagi
produkvitasnya, dimana hal ini berhubungan erat dengan rotasi pekerja dimana
hal tersebut menjadi strategi pendekatan untuk mengatasi fluktuasi
produktivitas yang terjadi.
Menurut Grandjean,
sampai tahun 1960an, interval rotasi kerja shift dibuat selama mungkin, sekitar
3 – 4 minggu. Dasar pemikiran saat itu adalah bahwa para pekerja shift
memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat beradaptasi dengan jadwal kerja
shift rotasi yang baru. Namun sekarang ternyata dasar pemikiran tersebut tidak
tepat. Setelah beberapa minggu pun para pekerja sebenarnya tidak dapat
beradaptasi dengan baik, terutama dalam hal tidur. Oleh karena itu disarankan
untuk menggunakan sistem kerja shift rotasi yang cepat.
Salah satu faktor
penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stress dan
kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap
terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Kelelahan bisa disebabkan oleh
sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah
ganguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi
oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet
lag atau shift kerja (Wicken, et al, 2004)
Menurut Wahyudi (2002),
ada dua cara rotasi yang dilakukan di dalam organisasi yaitu:
1. Cara tidak ilmiah Rotasi dengan
cara tidak ilmiah dilakukan dengan :
·
Tidak didasarkan kepada norma/standar criteria
tertentu
·
Berorientasi semata-mata pada masa kerja dan
ijazah, bukan pada prestasi atau faktor-faktor riil
·
Berorientasi kepada banyaknya anggaran yang
tersedia bukan atas kebutuhan riil karyawan
·
Berdasarkan spoil system (sistem kekeluargaan)
2. Cara ilmiah Rotasi dengan cara
ilmiah didasarkan atas metode ilmiah sebagai berikut:
·
Berdasarkan Norma atau standar criteria
tertentu, seperti analisis pkerjaan.
·
Berorientasi kepada kebutuhan yang riil/nyata
·
Berorientasi pada formasi riil kepegawaian Berorientasi
pada tujuan yang beraneka ragam
·
Berdasarkan objektifitas yang dapat dipertanggung
jawabkan
Perkembangan penelitian
akan produktivitas pekerja sudah sangat banyak, dimana penelitian tersebut banyak
diarahkan pada rotasi kerja. Namun, suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam
mempengaruhi produktivitas pekerja yaitu penerapan lingkungan kerja yang ergonomi,
factor ini juga seharusnya menjadi pertimbangan dalam meningkatkan
produktifitas pegawai.
Lingkungan kerja sebagai
salah satu komponen sistem kerja akan
memberikan beban tambahan baik fisik
maupun psikologi pada manusia dalam
proses kerja. Suatu lingkungan kerja yang nyaman akan mendorong terciptanya
gairah kerja dan efisiensi kerja. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak nyaman,
seperti panas yang cukup tinggi, pencahayaan yang kurang memenuhi syarat dan
tingkat kebisingan yang sering mengganggu ketenangan bekerja merupakan kendala yang dapat mengurangi
produktivitas perusahaan (Suma’mur, 1995).
Ruang lingkup ergonomik sangat luas
aspeknya, antara lain meliputi :
- · Tehnik
- · Fisik
- · Pengalaman psikis
- · Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
- · Anthropometri
- · Sosiologi
- · Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols,dan aktivitas otot.
- · Desain, dan sebagainya
Menurut Pheasant (2003) ada beberapa
manfaat ergonomi antara lain :
1. Peningkatan hasil produksi, yang
berarti menguntungkan secara ekonomi. Hal ini antara lain disebabkan oleh
Efisiensi waktu kerja yang meningkat, Meningkatnya kualitas kerja serta Kecepatan
pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif rendah.
2. Menurunnya probabilitas terjadinya
kecelakaan yang berarti: Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Biaya
untuk pengobatan lebih besar daripada biaya untuk pencegahan; serta Dapat mengurangi
penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat darurat.
3. Dengan
menggunakan antropometri dapat direncanakan atau didesain Pakaian kerja, Workspace,
Lingkungan kerja, Peralatan atau mesin dan Consumer product
Produktifitas seorang pegawai akan meningkat apabila dalam setiap aspek
pekerjaan diperhatikan dengan baik, terlebih apabila lingkungan kerja
diciptakan dengan ergonomi serta pengaturan rotasi kerja dengan baik. Hal tersebut
menjadi pendekatan bagi perusahaan atau organisasi untuk terciptanya gairah
kerja dan efisiensi kerja.
Daftar
Pustaka
Factors
Engineering, Prentice Hall, New Jersey.
Medis Seluruh
Jawa Tengah, RSU Soeradji Klaten.
Pheasant,
Stephen. 2003. Bodyspace : Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work,
2nd Edition. Taylor & Francis Ltd. UK
Setyawati, L. M.
(2007). Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Pelatihan Para
Wahyudi,
B. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pradnya Paramita. Jakarta.
172-178
Wicken, C. D.,
Lee, J. D., Liu, Y., Becker, S. E. G., (2004). An Introduction To Human
nice post. Lanjutkan menulis
BalasHapus